Ini mungkin tidak terlihat seperti itu, tetapi agresi pada balita adalah bagian umum dari perkembangan mereka. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap agresi ini seperti mengembangkan keterampilan bahasa, kurangnya kontrol impuls yang tepat, dan keinginan untuk menjadi mandiri. Cara mereka melepaskan emosi yang didorong oleh faktor-faktor ini adalah dengan bersikap agresif.
Nadine Block, direktur eksekutif Pusat Disiplin Efektif, mengklaim bahwa kejadian memukul atau menggigit adalah hal yang normal bagi anak-anak di usia ini. Meski dianggap normal, orangtua harus membiarkan perilaku agresifnya merosot. Orang tua harus memberi tahu anak-anak mereka bahwa perilaku seperti itu tidak benar dan untuk mengekspresikan emosinya melalui cara atau mode lain.
Kemungkinan Penyebab Agresi pada Balita
Penyebab umum
Balita berada dalam fase transisi sejak bayi. Jennifer Pendley dari KidsHealth mencatat di situs web bahwa balita mulai berpikir secara mandiri dan bertindak sendiri. Namun demikian, keterampilan yang diperlukan untuk melakukan hal-hal sendiri masih dalam proses pembelajaran. Mereka masih belajar bagaimana cara menyampaikan pemikiran mereka, yang membuat mereka frustrasi dalam berkomunikasi dengan orang dewasa karena ide-ide mereka tetap tidak dapat dipahami. Masalahnya menjadi lebih buruk karena anak tidak dapat mengomunikasikan frustrasinya. Agresi adalah tindakan terakhir untuk membuat semua orang tahu frustrasi, kemarahan, dan ketakutannya.
Kapan Harus Khawatir
Agresi pada balita tidak hanya disebabkan oleh frustrasi, kemarahan, atau ketakutan. Beberapa penyebab yang tidak biasa juga dapat mendorong anak untuk menunjukkan perilaku agresif. Menurut American Academy of Child dan Adolescent Psychiatry, mereka juga dapat menunjukkan tanda-tanda berbagai gangguan yang mengarah pada agresi pada balita seperti trauma kepala yang diderita selama masa bayi. Organisasi yang sama juga menyarankan orang tua untuk meminta bantuan profesional jika anak cenderung melakukan kekerasan terhadap anak-anak lain, hewan peliharaan atau dirinya sendiri.
Cara Menangani Agresi pada Balita
1. Jelaskan Konsekuensinya
Ini adalah semacam konsep hukuman untuk balita dengan penjelasan logis baginya untuk memahami tindakannya. Contohnya adalah melempar bola ke balita lain di dalam lubang bola. Jika ini terjadi, keluarkan dia dari lubang dan biarkan dia menonton anak-anak lain bermain. Orangtua harus menjelaskan bahwa kembali mungkin dilakukan jika dia mau menikmati lubang tanpa perlu menjadi agresif. Tidak ada gunanya memberi alasan kepada anak-anak karena dia belum cukup dewasa untuk memahaminya. Cukup bagi mereka untuk memahami tindakan dan konsekuensinya.
2. Tetap Dingin dan Pertahankan Temperatur Anda
Bertentangan dengan pendapat umum, memukul atau berteriak tidak akan membantu mencegah agresi pada balita. Bahkan, ini hanya akan memperburuk masalah. Seperti yang mereka katakan, anak-anak memandang orang tua atau orang dewasa mereka. Melihat orang tua mereka menjaga emosinya akan menjadi cara yang baik untuk mengajari mereka tentang cara mengendalikan mereka.
3. Berikan Konsekuensi Segera
Rencana manajemen perilaku sangat penting jika anak sering menunjukkan perilaku agresif. Mengontrol agresi pada balita akan mendapat manfaat dengan segera menanggapi perilaku tersebut. Banyak orang tua cenderung menunggu lebih dari satu kejadian memukul sebelum menghentikan anak-anak mereka, yang merupakan masalah. Orang tua harus memberi tahu anak-anak mereka bahwa apa yang mereka lakukan itu salah segera. Jauhkan anak dari anak-anak lain untuk menenangkannya. Ini akan membawanya kembali ke akal sehatnya dan memahami bahwa konsekuensi dari memukul atau melakukan kekerasan terhadap anak-anak lain berarti dia akan keluar dari tempat kejadian atau permainan.
4. Konsisten dalam Disiplin
Mencegah contoh agresi pada balita seharusnya mudah, tetapi masalah orang tua terletak pada konsistensi mereka dalam mengendalikan anak-anak mereka. Mendisiplinkan harus sama setiap kali anak menunjukkan perilaku agresif. Ini akan mengkondisikan pikiran anak tentang apa yang akan datang padanya saat dia menunjukkan perilaku agresif. Ini harus sama jika perilaku agresif muncul di depan umum. Kebanyakan orang tua cenderung menghindari mendisiplinkan anak-anak mereka di depan umum karena malu. Meskipun demikian, orang tua tidak boleh merasa malu karena orang tua lain di depan umum mungkin juga memiliki anak dan turut andil dalam masalah yang sama.
5. Ajari Alternatif
Tinjau kembali apa yang terjadi dengan anak itu begitu dia tenang. Diskusikan tentang kemungkinan alasan perilakunya jika dia bisa. Orang tua harus menjelaskan bahwa marah adalah reaksi yang umum pada berbagai pemicu, tetapi memukul atau menunjukkan perilaku agresif lainnya tidak benar.
6. Hadiahi Perilaku Baik
Berurusan dengan agresi pada balita adalah proses dua arah. Orang tua seharusnya tidak hanya fokus pada perilaku buruk anak-anak, tetapi juga memberi hadiah kepadanya untuk hal-hal yang ia lakukan dengan baik, seperti tidak memukul anak-anak lain dan hanya berpaling. Mampu mengungkapkan alasannya untuk menjadi agresif juga pantas mendapatkan hadiah atau pujian.
7. Batasi Paparan Terhadap Kekerasan
Jauhkan anak-anak dari mainan, permainan, atau pertunjukan yang menampilkan kekerasan. Ini hanya akan mengarah pada kekerasan atau agresi pada balita karena kemampuan mereka untuk memicu imajinasi mereka. Meskipun demikian, orang tua harus memahami bahwa menjadi agresif adalah bagian dari sifat manusia. Ini berarti bahwa membuang setiap item yang memicu kekerasan bukanlah solusi yang tepat karena pengaruh lain. Orang tua hanya dapat membatasi paparan, tetapi tidak sepenuhnya menutup mereka dari dunia.
8. Promosikan Aktivitas ke Balita
Balita sangat aktif dan energik. Oleh karena itu, mereka perlu memiliki jalan keluar untuk melepaskan energi penuh ini di tubuh mereka. Energi ini terperangkap di tubuh mereka juga berakibat agresi pada balita. Orang tua harus memberi mereka lebih dari cukup waktu untuk bermain, terutama kegiatan di luar ruangan, untuk menenangkan tubuh mereka.
9. Pastikan Downtime
Memberikan waktu bermain yang lama juga berarti menyediakan cukup waktu untuk beristirahat atau bermain sendiri. Ini akan membantu stimulasi imajinasi tanpa perlu terlalu bergantung pada orang tua mereka. Waktu dapat menjadi waktu henti yang dijadwalkan untuk anak-anak, tetapi waktu yang paling direkomendasikan adalah sekitar waktu tidur atau waktu tidur siang.
10. Hancurkan Dia dari Pemicu
Identifikasi pemicu agresi pada balita. Setelah diketahui, bawa dia menjauh dari mereka dan biarkan dia duduk diam. Peragakan cara bermain yang benar dan hindari konsekuensi yang akan mencegahnya menikmati kebersamaan atau permainan.
Informasi lebih lanjut tentang kemungkinan penyebab agresi pada balita dan bagaimana Anda dapat mengatasi masalah ini: